kisah nyata
Tidak ada orang yang ingin selingkuh dari pasangannya apalagi jika pasangan itu baru saja menikah. Tapi apa yang aku alami ini mungkin bisa jadi pembelajaran bagi para pembaca blog Kabar Jogja Lho.
Dua bulan menikah, suamiku berangkat studi ke luar negeri. Rencananya saya langsung menyusul namun tertunda sampai empat belas bulan lamanya. Dalam masa-masa itulah saya menjalin hubungan alias selingkuh dengan mas Y, seorang pegawai administrasi yang membantuku praktikum.
Apa yang saya alami ini telah saya rahasiakan sampai sekarang dan suami pun tidak tahu. Semula saya malu untuk mengingat dan mengakui cerita selingkuh yang kujalani itu. Namun setelah tinggal di negara ini di mana orang lebih terbuka menceritakan perasaan dan pendapat, saya memberanikan diri bercurhat lewat situs ini.
Saya mengenal mas Y dua tahun yang lalu. Waktu itu saya baru lulus kuliah dan bekerja sebagai asisten dosen di perguruan tinggi ini. Hubungan kami yang hanya terbatas masalah kerja berubah menjadi sebuah perselingkuhan setelah suami saya berangkat ke luar negeri.
Meski masih berstatus pengantin baru suami harus segera ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Di luar negeri, suami saya karena kesibukannya sering lupa atau tertunda mengontak saya. Dan selama empat belas bulan berpisah dia tidak pernah pulang sekalipun. Mungkin ini yang membuat saya semakin mudah tergoda untuk selingkuh dengan pria lain.
Mas Y sebaliknya, dia selalu ada sewaktu saya membutuhkan. Membantu pekerjaan saya, dan kalau ada mahasiswa yang sulit diatur, dia yang mengatasi. Pernah mobil saya rusak dan dia perbaiki. Juga digantikan oli dan lainnya. Sejak itu usai praktikum malam, kami sering berbincang sebelum pulang. Ramah orangnya dan pandai menenangkan hati orang.
Sejak itu Mas Y sering mencuri pandang ke saya. Herannya saya justru menyukainya, yang disadarinya juga. Dari mata turun ke hati, ini mungkin adalah awal perselingkuhan kami. Selain perhatian terhadap saya, saya juga ada rasa kasihan kepadanya. Sembilan bulan sebelumnya istri mas Y nikah lagi dan bersama dua anaknya pindah ke kota lain. Namun saya selalu tekan perasaan ini. Mas Y adalah pribumi, sementara saya keturunan Chinese yang sudah bersuami. Suami saya juga orang keturunan.
Sepertinya kami sudah ditakdirkan untuk menjadi pasangan selingkuh. Suatu hari saya kecapaian dan sakit ringan setelah praktikum malam. Saya dibelikan makanan dan obat dan disetirkan pulang. Setelah itu dia naik angkot ke kampus untuk mengambil motornya. Melihat perlakuannya itu, makin besar rasa sayangku kepadanya.
Waktu itu menjelang liburan besar, sekitar delapan bulan setelah suami saya berangkat ke luar negeri, saya harus mengoreksi banyak laporan yang nilainya harus masuk setelah hari raya. Dua malam kami berdua kerja lembur. Saya kecapaian luar biasa dan diantar pulang seperti dulu. Saya merasa beruntung ada mas Y selalu setia menemaniku.
Awal Mula Selingkuh
Besok malamnya mas Y datang menjenguk, tempat kos sepi karena semua teman pulang kampung. Saya tidak sakit dan tidak lelah karena sudah istirahat seharian. Sambil berbincang kami menyantap minuman segar yang dia bawa. Saya amat suka dengan perhatiannya. Saya merasa berada di ambang perselingkuhan.
Entah bagaimana awalnya, kami mulai berpegangan tangan, dan tangannya yang hitam kasar mengelus lengan saya yang putih halus. Saya merasa ada desiran dan gejolak yang amat halus muncul di dalam hati, mungkin ini karena saya sudah lama tidak bertemu suami.
Malam itu untuk pertama kalinya saya berhubungan intim dengan laki-laki yang bukan suami saya. Malam itu saya resmi berselingkuh dengan teman kantor sendiri. Kami melakukannya, saya menangis meskipun juga menikmatinya. Menyadari adanya air mata di wajahku, dia berhenti dan berbisik halus, menanyakan kondisiku. Saya tersenyum dan mengijinkannya meneruskannya sampai selesai. Saya juga menginginkannya dan juga bisa selesai.
Setelah selingkuhan brengsekku itu pulang, saya menangis karena telah menipu suami saya. Saya mencuci bersih tubuh saya terutama di dalam tubuhku di mana mas Y meninggalkan benihnya, yang mana suami saya sendiri justru belum pernah karena kami tidak ingin mempunyai anak dulu. Selama dua bulan pernikahan, suami selalu menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim, kami memang telah sepakat untuk menunda kehamilan.
Karena masih liburan, besoknya saya seharian saja di kos. Saya berjanji untuk tidak menemui mas Y lagi. Namun sewaktu dia datang membawa makan pagi, minta maaf, serta menanyakan perasaan saya, hati saya jadi luluh. Siang itu kami melakukan perbuatan dosa itu lagi. Setelah mas Y pergi, saya kembali menangis sambil membersihkan diri dan minta ampun kepada Tuhan. Saya tidak ingin selingkuh Tuhan, tapi godaan itu begitu berat.
Tobat tinggallah tobat. Setelah kejadian siang itu, sebanyak dua kali Mas Y ke tempat saya, dan kami melakukannya lagi. Mas Y selalu dengan lembut menanyakan apa boleh selesai di dalam, yang herannya selalu saya perbolehkan. Saya merasa amat rendah. Belum lagi mas Y amat menyukai buah dada saya, yang ini mestinya untuk anak anak saya nantinya. Benar benar murah saya ini.
Setelah liburan selesai, kami kembali masuk kerja. Saya berusaha menghindar tapi tidak bisa, terlebih dengan perhatiannya yang amat sayang. Karena sekarang tempat kos ramai, mas Y tak pernah berkunjung ke tempat saya. Karena hati saya risau, saya mengambil libur. Perkuliahan belum mulai, dan karena menjelang liburan besar kemarin saya kerja lembur. Saya tidak pulang ke tempat orangtua, tapi ke tempat tante saya.
Tante yang Bijak
Saya dekat sekali dengan tante saya karena sewaktu SMA saya sudah tinggal bersama beliau. Selama dua minggu saya curhat sambil menangis, telah jatuh hati dan selingkuh dengan pria lain dan telah melakukan perbuatan biadab itu sampai berkali kali. Tante saya tidak marah, malah penuh pengertian.
Beliau menanyakan satu pertanyaan yang menyadarkan diri saya: apa yang kamu harapkan dari pria itu untuk jangka yang panjang?
Tante saya juga amat baik berdoa dengan saya pagi dan malam. Terakhir datang, mas Y datang naik angkot, membawa pemberian yang katanya malu kalau dibawa ke kantor. Ternyata satu setel pakaian tidur yang bagus. Suami saya sendiri belum pernah memberiku yang seperti ini. Saya tahu ini barang mahal, dan mas Y cuma pegawai rendahan.
Sore itu kami berhubungan lagi. Saya ijinkan dia menginap karena kasihan hari sudah gelap. Malamnya kami berhubungan intim entah sampai berapa kali. Paginya saya baru sadar ada pria yang bukan suami tidur di samping saya, dan saya belum sempat membasuh diri.
Saya segera lari ke kamar mandi, yang mestinya sudah tak ada gunanya lagi. Saya takut sekali kalau hamil. Namun ternyata doa kami berdua dikabulkan. Saya datang bulan yang kami sambut dengan kelegaan dan makin membulatkan tekad saya untuk berpisah dari mas Y.
Saya mengundurkan diri dengan alasan menyusul suami. Saya bohong. Benar saya pindah kota, tapi untuk tinggal dengan tante. Mas Y amat sedih dan saya merasa kasihan tapi hati saya bulat. Barang pemberiannya saya kembalikan. Saya tinggal bersama tante selama sekitar setengah tahun untuk mempersiapkan bahasa Inggris dan keperluan surat keberangkatan.
Beliau selalu menyediakan diri dan berjanji menyimpan rahasia ini. Suami saya dinasehatinya untuk lebih perhatian ke saya yang segera dipatuhinya. Setelah semuanya beres, saya berangkat.
Saat ini, suami saya sudah selesai dengan studinya dan bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kami beruntung di negara ini orang asing diijinkan bekerja secara penuh waktu. Saya menyadari kalau suami saya orang baik dan bertanggung jawab, meskipun kurang pandai menunjukkan perasaannya.
Saya tidak menyalahkan siapapun, termasuk diri saya sendiri, suami saya, maupun mas Y. Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Semua orang pernah membuat kesalahan dan yang penting berani untuk melangkah ke depan. Jasa tante saya amatlah besar.
Sampai sekarang kami sering kontak. Saya sudah mulai studi saya dan amat menyukai bidang ini. Saya mempunyai rencana sendiri yang mana suami amat mendukung karir saya. Dan yang terpenting saya sudah bertekat untuk selalu setia kepada suami dan tidak lagi selingkuh.***
No comments:
Post a Comment